Bacaan Matius 5:13-16
Masih teringat di benak cerita lama dari guru sekolah minggu saya yang mungkin juga sudah sering anda dengar. Ada suatu perlombaan yang diadakan seorang raja untuk rakyatnya. Dari ribuan rakyatnya, ternyata yang berminat mengikuti lomba ini hanya 3 orang. Uniknya, orang pertama adalah juragan sayur tersukses di negeri itu, orang kedua adalah seorang kuli bangunan, dan yang terakhir hanyalah seorang anak kecil yang miskin. Akhirnya hari lomba tiba. Atas dasar instruksi presiden, mereka bertiga berlomba untuk memenuhi suatu ruangan dengan sesuatu yang mereka punya. Sang juragan tentu optimis akan memenuhinya dengan membeli banyak sayur untuk memenuhi ruangan itu. Sementara itu, giliran orang kedua tidak disia-siakan. Ia memenuhi ruangan itu dengan semen dan batu bata, sehingga tak ada celah dalam ruangan itu. Saat giliran ketiga tiba, si anak terlihat tidak membawa apa-apa, tetapi setelah akan melaksanakan tugasnya, ia merogoh sakunya. Dikeluarkannyalah sebatang lilin dan korek api lalu menyalakannya dan menaruhnya di tengah ruangan itu, sehingga sekarang ruangan itu benar-benar terpenuhi oleh cahaya. Hari pengumuman pun tiba, Sang raja dengan tegas dan bijaksana memberikan penghargaan pada anak tadi sebagai juaranya. Sang Raja sangat kagum dengan pola pikir anak tadi.
Apa yang anda petik dari cerita tadi? Ya, tentu kita sebagai orang Kristen harus dan wajib menjadi terang bagi dunia ini. Hanya itukah? Atau masih ada masalah dalam melaksanakannya?
Untuk menjadi terang dan garam dunia memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kerja keras. Kita juga perlu belajar seperti lilin tadi. Bukan sisi cahaya atau penyinarannya saja yang kita pelajari, tetapi bagaimana lilin itu diproses sehingga dapat bersinar. Tidak perlu kita tahu tentang cara pembuatannya, tetapi di sini yang saya tekankan adalah saat lilin itu bersinar, melelehlah juga badannya.
Seperti kita yang setiap waktu akan semakin rapuh. Tetapi kita perlu belajar, bagaimana lilin itu tetap efektif memenuhi ruang kosong walaupun ia juga semakin kehilangan bagian tubuhnya. Benar-benar pengorbanan yang besar dari sebatang lilin jika lilin ini adalah manusia.
Semakin merebaknya kejahatan, seharusnya semakin membuat kita ngotot dan berusaha keras untuk menjadi terang bagi dunia ini. Mungkin hal ini dapat anda lakukan mulai dari keluarga anda, atau di lingkungan pekerjaan, sekolah, pergaulan, dan sebagainya. Yang perlu diingat adalah pengorbanan seperti lilin tadi. Ingat, kita di dunia ini bagaikan domba di tengah-tengah serigala, sehingga pasti kita menemukan banyak permasalahan dalam menjadi lilin ini. Tapi satu hal yang lebih pasti adalah Roh Allah hadir dalam diri kita dan akan menuntun kita untuk menjalani misi Ilahi ini.
Tetaplah bersinar dan jangan pudar. Jadikan doa sebagai senjata andalan anda dan beranilah berkorban seperti lilin.
Amen.